A Journey to India – Transit 27 Jam di Changi Airport Singapura

Awalnya sih hanya 20 jam masa transit di Singapura sebelum bertolak ke New Delhi. Mendadak pesawat di-reschedule jadi pukul 1:20 a.m di tanggal 18 Maret 2018. Seharusnya kami sudah take off ke New Delhi pada pukul 7:40 p.m pada tanggal 17 Maret 2019. Apa mau dikata, kami harus pasrah dan menikmati masa tunggu hingga pengumuman pesawat akan segera diberangkatkan. 

transit 27 jam di singapore

Tanggal 16 Maret 2019, gue bersama empat teman lainnya (Geovani, Nurul, Feny, dan Rudi) berangkat dari Soekarno Hatta International Airport Terminal 3 menuju Changi International Airport. Jadwalnya sih pukul 9:30 p.m, tapi sedari pukul 6 p.m kami sudah berkumpul di Terminal 3 keberangkatan.

Gue dan Geovani sempat beli air mineral botol di salah satu mini market yang ada di dalam terminal 3. Kaget bukan kepalang begitu mendengar total harga pembelian kami. Tahu kan botol Aqua yang ukuran gendut? Itu harganya 16k IDR, sementara yang ukuran 300 ml harganya 10k IDR. Fantastis! Tapi pasrah saja lah karena memang sudah haus banget dan botol tersebut bisa di-refill ketika di Singapura nanti.

terminal 3 bandara soekarno-hatta
terminal 3 bandara soekarno-hatta

terminal 3 bandara soekarno-hatta


Saat check in dan menyerahkan bagasi di counter Singapore Airlines (SQ), ground staff sudah memberitahukan bahwa bagasi kami hanya sampai Singapura. Jadi kami harus ambil bagasinya di Singapura, bukan di Delhi. Sebab belum ada konfirmasi dari Jet Airwaysnya.

Oh iya, karena Jet Airways nggak ada rute langsung dari Jakarta, jadi dari Jakarta ke Singapura kami diberangkatkan dengan SQ. Lalu dari Singapura ke New Delhi menggunakan Jet Airways. Akhirnya bisa merasakan naik SQ lagi.

Rudi yang baru pertama kali naik pesawat Airbus, langsung kegirangan begitu masuk ke dalam pesawat. Saking girangnya sampai salah duduk di kursi orang. Gue dan Nurul sudah duduk di kursi yang seharusnya, begitu pun dengan Feny dan Geo. Sementara Rudi ada di belakang gue. Sampai akhirnya ada ibu-ibu datang menghampiri kursinya Rudi menanyakan nomer kursi Rudi.


naik sq ke singapura


Setelah sadar dirinya salah duduk, Rudi langsung pindah ke sebelah gue. Mana si ibu itu lama banget galau nungguin itu kursi yang didudukin Rudi beneran kursi dia apa bukan, nggak langsung nanya. Rudi juga malah sudah sempat-sempatnya rekam video, “Hai, gaes! Gue baru pertama kali nih naik pesawat besar gini, blablabla...” :D

Perjalanan udara memakan waktu kurang lebih satu jam setengah. Cabin crew juga sudah membagikan makanan kepada seluruh penumpang. Seperti biasa, Singapore Airlines nggak pernah mengecewakan. Palingan pas pendaratan sih, masih kasar banget.


Menginap di Changi International Airport


Tiba di Singapura pada pukul 11 p.m. Kami langsung bergegas menuju transfer desk SQ untuk menanyakan perihal bagasi. Gue lagi ngomong pakai English terbata-bata, “Mm, excuse me. I have connection flight for tomorrow. Should I take the luggage here or in New Delhi?.” Belum kelar gue ngomong, si mbak-mbak SQ langsung motong dengan nada judes, “Cakap Melayu saja.”

Kan gue jadi malu yeee.

Karena terlanjur malu, akhirnya gue ngomong pakai Bahasa Indonesia tapi dipelan-pelanin biar dia kira emang gaya bicara gue yang lama

Si mbak judes minta boarding pass, lalu bilang, “Ini Singapore Airlines, bukan Jet Airways. Kamu ke sana.” Spontan donk gue tanya, “Ke sana mana?”. Lah makin galak doi. Dia langsung nyuruh kami jalan lurus saja ke Transfer B.


pengalaman menginap di changi airport


Teman-teman malah ketawain gue yang diomelin mbak-mbak SQ. Gue gondok tapi memang kocak juga sih kejadian barusan. Apakah gue harus ambil les Bahasa Inggris lagi, genks?

Sesampainya di Transfer B, ada beberapa loket maskapai di sana. Gue langsung menuju counter yang ada tulisan Jet Airways. Gue tanyakan kembali perihal bagasi, tak lupa menunjukkan baggage tag yang diberikan staff SQ di Jakarta. Katanya bagasi kami bisa diambil di New Delhi. Jadi nggak perlu keluar imigrasi.

Dirasa sudah jelas, kami langsung mencari Snooze Lounge di Terminal 3. Ternyata Snooze Lounge di Terminal 3 Changi Airport hanya sedikit ketersediaan bangku panjangnya. Gue tanya ke bagian informasi, katanya kami disuruh coba ke Terminal 2 karena di sana ada dua lounge untuk tidur gratis.


lokasi tidur di changi airport


Buru-buru kami ke Terminal 2, takut kehabisan lapak lagi. Jalannya ternyata lumayan jauh. Pas melewati lounge yang pertama, sudah penuh. Nggak putus asa, akhirnya jalan lagi menuju lounge selanjutnya. Alhamdulillah masih banyak yang kosong.

Gue langsung menempati kursi paling pojok. Soalnya paling gelap biar bisa tidur. Sementara teman-teman lain terpencar meskipun nggak jauh. Setelah cuci muka dan buang air kecil, gue mencoba untuk tidur. Tapi susah juga, soalnya bentuk kursinya melengkung banget. Tulang jadi sakit.



Pukul 2 a.m gue terbangun dan mendapati Feny malah lagi makan nasi bekalnya. Lah dia sahur, coy! Sementara Geo masih sibuk dengan charger handphonenya dan Rudi sudah pulas. Sebelah gue sepertinya orang Jepang yang nggak tidur, malah main handphone terus.

Begitu gue mulai bisa pulas, eh suhu AC nya semakin dingin. Mana selimut ada di koper, lupa dibawa ke kabin. Yasalam, akhirnya nggak bisa tidur nyenyak juga sampai pagi.


pengalaman transit 27 jam di singapura
pengalaman transit di changi airport singapura

Daripada tidur juga nggak bisa, akhirnya gue dan teman-teman mandi koboy di toilet, dandan, dan ganti baju. Toilet di Changi yang lokasinya dekat gate boarding itu rata-rata ada toilet jongkoknya kok, lengkap dengan semprotan airnya. Jadi untuk rakyat Indonesia aman.



Sunflower Garden


sunflower garden terminal 2 changi
things to do in changi international airport singapore
taman bunga matahari di singapura


Agenda kami hari itu (17 Maret 2019) adalah daftar Singapore free tour. Tapi mumpung masih berada di Terminal 2, jadinya kami mampir dulu ke Sunflower garden yang ada di rooftop. Sudah sejak lama gue mau ke sini, tapi gagal mulu. Tahun lalu pas transit mau ke Jepang juga sudah mau ke taman ini, tapi gagal lantaran waktu transit yang hanya sebentar.

Lokasinya ada di Terminal 2. Patokannya tinggal cari di mana toko Long Champ. Dekat situ ada tangga eskalator, naik ke satu lantai di atasnya. Nanti akan ketemu Gaming Room. Nah nggak jauh dari sana ada pintu keluar. Di situlah lokasi Sunflower Garden berada.

sunflower garden singapore
sunflower garden changi airport

Kami cuma foto-foto sebentar saja di sana. Soalnya panas banget. Tapi tamannya cantik banget sih walaupun kecil. Untuk ukuran di bandara, ada taman dengan bunga secantik itu sih sudah bagus banget. Setelah foto-foto di sana, kami langsung menuju ke Terminal 3.



Gagal Keliling Singapura Gratis


Pas sampai di depan booth Singapore Free tour di Terminal 3, kami dimintai boarding pass. Nah, mungkin di sinilah kesalahan yang kami lakukan. Kayaknya kami salah tanggap. Mungkin yang dimaksud staff di booth tersebut adalah boarding pass dari Jakarta ke Singapore. Kami kira malah boarding pass penerbangan selanjutnya, Singapore – New Delhi.


free singapore tour
free singapore tour


Jadi kami memutuskan untuk ke Transfer B untuk meminta boarding pass. Sesampainya di sana, staff Jet Airways belum bisa memberikannya. Kami disuruh kembali pukul 4:30 p.m. Sementara saat itu baru pukul 9 a.m. 

Gue sudah install aplikasi iChangi gara-gara bisa internetan gratis selama 24 jam kalau install aplikasi tersebut. Gue langsung cek status jadwal penerbangan Jet Airways di iChangi. Tampak tulisan “Re-time” dan pukul 1:35 a.m. Berhubung nggak mengerti artinya apa, jadi gue cuekin aja.

Daripada bingung mau ngapain, perut juga sudah keroncongan, kami menuju Burger King. Pilihan menunya sedikit banget. Rotinya pun lebih banyak croisant daripada yang bentuknya bun. Ternyata bisa bayar pakai USD juga lho di Changi. Karena gue dan tiga teman lain nggak tukar SGD di Indonesia, jadi terpaksa gesek pakai kartu kredit untuk jajan selama di Changi.


food in changi airport
burger king changi airport


Untungnya, Nurul bawa sambal Bu Rudi dengan dendeng. Lumayan membantu naikin level kenikmatan croisant burger yang disajikan tanpa saos pedas. Maklum lidah Indonesia banget nih.



Butterfly Garden & Movie Theater


Begitu kelar makan, bagai tanpa arah, kami jalan-jalan saja keliling Terminal 3. Orchid Garden dan Butterfly Garden jadi sasaran. Kalau Orchid Garden menurut gue sih biasa aja, tapi coba deh main ke Butterfly Garden.

Ada banyak kupu-kupu yang dibiarkan terbang bebas di dalam taman itu. Saking jinaknya, kadang kupu-kupunya hinggap di tubuh begitu saja.


butterfly garden changi airport
butterfly garden changi airport


Nggak jauh dari Butterfly garden, karena sudah lelah, kami memutuskan untuk nonton film. Yup, di Changi ada bioskop gratis. Filmnya pun beragam, tergantung datang pas jam berapa. Saat itu jadwal terdekatnya adalah pukul 12 siang dan film yang akan diputar adalah Johny English yang terbaru.

Di awal film gue sengaja tidur. Karena nyaman banget bioskopnya, apalagi memang kondisi badan yang kurang tidur semalaman. Bukan karena filmnya jelek ya. Buktinya begitu gue bangun, malah ngakak sejadi-jadinya gara-gara lihat tingkah konyol si Mr. Bean.
 

Tapi seisi bioskop itu kayaknya cuma suara kami berlima yang terdengar ketawa ngakak. Jangan-jangan penonton yang lain juga tidur?

Seusai nonton film, kami langsung mencari mushola untuk menunaikan ibadah. Mushola di Changi lumayan banyak dan nyaman banget. Meskipun wudhunya kudu duduk. Tadinya kalau kami nggak kebagian lapak tidur di lounge gratisan, mungkin gue bakal tidur di mushola. Eh ternyata ada larangannya. Untung nggak jadi tidur di mushola.



Free Massage




Karena nggak ada lagi kegiatan yang bisa kami lakukan, gue langsung mencari mesin pijat yang tersebar di Changi. Ada yang pernah baca tulisan gue tentang akhir pekan di Singapura? Kalau sudah, mungkin akan mengerti kenapa gue mau banget nyobain kursi pijat di Changi sejak dulu.

Pas lagi dipijat, gue sempat nanya ke Geo, “Geo, lo udah lapar belum?”.



“Mm, belum sih. Emang mau makan lagi? Nggak di pesawat nanti aja?,”tanyanya.

“Pesawat kita masih lama, kan jam 8. Itu juga kalau nggak reschedule. Di aplikasi iChangi tulisannya re-time. Gue googling katanya re-time tuh sama dengan re-schedule,” kata gue.

“Oh gitu. Eh Rizka nanti kita ke Taman Kaktus yuk,” kata Geo sambil menunjuk gambar besar di depan kami yang memperlihatkan Taman Kaktus yang ada di lain terminal.

“Aduh, mending kita urus tiket dulu nih. Kalau sudah jelas, baru deh keliling lagi. Gue takut diubah jadwalnya,” kata gue menegaskan lagi.

transit mall changi international airport

Terus terang gue khawatir banget kalau sampai diubah jadwalnya. Karena pasti akan mengubah susunan itinerary yang sudah gue susun di India. Tak tampak muka-muka kekhawatiran serupa dari keempat teman gue yang lain. Apa cuma gue yang kelewat mikir atau gimana?

Setelah selesai dipijat, gue menghampiri Nurul yang sedang charger ponselnya. “Nyu, lo udah lapar belum? Geo katanya nggak makan lagi. Gue kayaknya makan lagi deh, daripada masuk angin,” kata gue sambil duduk selonjoran di lantai.

Masih sambil memegang ponselnya, Nurul bilang, “Oh Geo nggak lapar? Gue udah lapar, nek. Kita makan aja yuk!”


pengalaman transit 27 jam di changi airport


Nggak lama kemudian Feny datang dan gue bilang keinginan gue untuk makan. Ternyata dia juga sudah lapar. Akhirnya kami pun memutuskan untuk makan dulu sebelum ke Transfer B lagi menanyakan nasib tiket kami. Begitu pun Geo yang akhirnya ikut makan juga.

Kami ke Food Street yang juga selantai dengan Burger King. Ada tulisan besar “Staff Price”. Gue lupa gimana tulisannya, kurang lebih begitu deh. Pokoknya berhasil bikin kami sepakat buat beli kartu pembayaran di Foos Street.

Gue isi kartunya dengan uang tunai 20 SGD. Setelah diisi, keliling untuk melihat-lihat makanan apa yang menarik. Kami perhatikan satu persatu menunya. Ternyata nggak ada tuh menu yang harganya sama persis seperti di papan Staff Price itu. Di papan itu tertulis seporsi nasi lemak hanya 4.5 SGD. Pas gue cek di booth nasi lemak, ternyata 7.5 SGD.

Lalu gue balik lagi melihat papan tersebut. Ternyata harga tersebut hanya berlaku khusus untuk karyawan di Changi Airport. Nggak bisa digunakan untuk para pengunjung biasa. Penonton kecewa dan terpaksa membeli menu dengan harga normal.

Gue, Geo, dan Feny sudah mengincar nasi ayam hainan. Nggak berapa lama, kami disamperin sama pelayannya dan dia bilang, “No halal.” Terpaksa deh cari menu lain dan sepertinya yang halal hanya nasi lemak.

Seporsi nasi lemak dengan lauk yang cukup banyak harganya 7.5 SGD. Penjualnya orang Melayu jadi nggak perlu cuap-cuap pakai Bahasa Inggris. Daripada didamprat lagi kayak semalam.




Seusai makan, kami langsung menghampiri Transfer B lagi untuk menanyakan status penerbangan di counter Jet Airways. Ternyata benar pemirsa. Pesawat reschedule dan baru akan berangkat pukul 1:35 a.m. Berarti aplikasi iChangi lebih update ketimbang staff Jet Airways.

Lalu gue menanyakan nasib koper kami. You know what? Koper kami hanya sampai Singapura! Benar kata staf SQ yang ada di Jakarta. Staff Jet Airways yang semalam kami tanyakan berarti nggak teliti lagi melihat luggage tag kami.

Oleh petugas yang sekarang, kami disuruh clear imigrasi dulu untuk bisa ambil bagasi. Terpaksa isi formulir embarkasi dan deklarasi. Melewati petugas imigrasi Singapura yang jarang senyum. Meskipun kebetulan sore itu gue dapat petugas imigrasi yang cukup ramah.


crystal garden changi airport
Crystal Garden yang lokasinya dekat dengan Transfer B Terminal 3


Sebelum beranjak ke imigrasi, petugas Jet Airways sudah menjelaskan tentang nasib koper kami. Dia memberikan dua pilihan. Pertama, mereka akan mencarikan koper kami di lost and found, tapi nggak bisa garansi 100% bahwa koper kami akan ketemu, tapi kami nggak perlu keluar dari imigrasi. Kedua, kami ambil sendiri ke bagian lost and found.

Kami memilih opsi kedua. Bagaimanapun koper-koper itu adalah nasib kami selama lima hari di India nanti. Kalau sampai nggak ketemu, mau pakai baju apa?


mengurus koper hilang di bandara


Setelah keluar dari imigrasi, gue langsung bergegas ke bagian lost and found. Petugas di bagian lost and found cukup ramah dan cekatan banget mengurus dan mencari keberadaan koper-koper kami. Setelah dia menelpon rekannya, dia menyuruh kami untuk menunggu di dekat pengambilan bagasi. Nanti ada petugas yang mengantarkan kopernya.

Setelah menunggu setengah jam lebih, akhirnya koper kami ditemukan. Langsung bongkar koper, gue ganti baju lagi dari dress jadi pakai celana panjang lagi. Kurang lebih hampir setengah jam pula lah kami habiskan untuk beres-beres di dekat tempat pengambilan bagasi.

Pukul 7 kurang kami sudah sampai lagi di counter check in. Di sana hanya ada satu petugas laki-laki yang judesnya bukan main. Mbak-mbak yang di counter SQ kalah deh judesnya sama cowok ini.



Dia sempat tanya yang intinya kenapa kami baru jam segitu check in koper. Gue jelaskan lah ceritanya dari awal. Pas mau masukin koper gue, kan masih ada luggage tag bekas SQ semalam, gue disuruh buka donk. Biasanya kan itu dikerjain petugas check in ya. Gue buka deh, pas gue mau pinjam pulpen buat nyobek, malah dicuekin.

Sesaat sebelumnya gue diinformasikan oleh @lagilibur kalau temannya juga naik pesawat yang sama dengan kami dan dapat complimentary 20 SGD sebagai kompensasi delay. Gue minta donk sama si petugas judes itu. Tahu nggak reaksinya gimana?

“You were late, we don't give it to you. Because you were late,” gitu donk jawabnya.

Di sinilah emosi gue dan teman-teman terpancing. Bayangin deh, kalau dari semalam si petugas Jet Airways di Transfer B bilang kami harus ambil bagasi, pasti sudah kami ambil bagasinya. Kami juga nggak akan telat check in.

Lagian toh delay juga pesawatnya. Memang paling telat kan check in pukul 6:40 p.m kalau sesuai jadwal ya. Lah kami datang cuma telat lima menit di 6:45 p.m. Dia nggak mau ngasih kompensasi donk. Pesawat delay lebih dari enam jam! Kami cuma telat lima menit aja mereka menolak buat kasih kompensasi.


boarding pass jet airways


Akhirnya karena kesal, itu orang masih ngomong, gue cabut saja dari situ. “Udah cabut aja, genk!,” kata gue ke teman-teman.

Gue jalan cepat banget, nggak nengok ke belakang lagi. Niat gue cuma satu, mau minta kompensasi 20 SGD ke petugas Jet Airways yang ada di Transfer B. Karena menurut gue dari semua staff Jet Airways di Changi, cuma dia yang paling waras.

Teman-teman gue masih jauh tertinggal di belakang. Gue sudah sampai di counter Jet Airways Transfer B. “Hello, can I get the 20 SGD voucher for compensation?,” tanya gue to the point sambil memberikan boarding pass terbaru.

Dia cuma balik tanya, “Ini dapat dari mana?”

“Dari counter check in,” jawab gue.

“Dia tak berikan vouchernya?,” tanyanya lagi.

“No,” jawab gue singkat.

“Okay then, give me all of your passpor and boarding pass, please,” kata petugas.

Gue langsung teriak manggil teman-teman gue. “Woi, buruan passpor.”

Setelah itu kami disuruh duduk menunggu hingga dipanggil kembali. Nggak sampai sepuluh menit, nama gue dipanggil kembali dan langsung disodorkan kertas voucher senilai 20 SGD yang bisa dibelanjakan di Food Street atau Coffee Bean.


kompensasi pesawat delay di singapura


Gue dan teman-teman langsung senyum sumringah. Setidaknya selama enam jam ke depan, kami nggak bakal takut kelaparan lagi. Kan kalau begitu enak ya, nggak pakai drama. Sampai saat ini kalau mengingat petugas rese di counter check in itu masih kesal aja bawaannya. Pelit amat dah!

Kami langsung menuju ke Coffee Bean untuk segera menghabiskan voucher tersebut. Lumayan juga, bok! Gue dapat dua buah cake dan satu gelas green tea latte. Kenyang! Tahu gitu kan dari siang ya, biar nggak keluar uang buat makan siang.

Setelah kelar jajan di Coffee Bean, kami kembali mencari kursi pijat. Kaki sudah mulai pegal lagi, apalagi setelah lari-lari habis ketemu petugas rese.

Pukul 11:55 p.m kami menuju ke gate Jet Airways. Di sana sudah ada banyak sekali calon penumpang dengan wajah-wajah kelelahan. Rupanya bukan gue dan teman-teman saja yang lelah dengan semua drama maskapai ini.

Ada beberapa orang Indonesia juga yang terlihat sedang menunggu pesawat yang sama. Berhubung gue sudah merasa capek banget untuk basa-basi dengan orang baru, jadi nggak gue sapa sama sekali.


free voucher at changi airport

Beruntung ada Nurul di dalam grup trip kali ini. Begitu gate dibuka, dia langsung sigap lari menuju mesin scanner. Saking paniknya, gue lupa malah bawa troli ke dalam yang berujung kena semprit petugas.

Semua tas gue keluarkan dari troli dan langsung buru-buru melewati mesin scanner. Setelah itu segera mencari sofa panjang yang kosong. Gue mau tidur dulu rencananya. Lumayan lah masih ada waktu setengah jam sebelum disuruh masuk ke dalam pesawat.

Lagi enak-enaknya tidur, tiba-tiba ada rombongan cowok-cowok Sikh yang memakai sorban berdiri persis di samping gue selonjoran. Mereka ngobrol dengan volume suara cukup kencang. Boro-boro tidur, melek saja gue takut. Ngeri tiba-tiba digrepe-grepe. #Eh 

Sampai akhirnya penumpang dipanggil petugas untuk antri memasuki garbarata pesawat. Fiuh, setelah 27 jam di bandara, akhirnya naik pesawat juga.

Kalau tahu gue bakal menghabiskan waktu selama itu di Singapura, gue lebih memilih sewa penginapan di tengah kota. Toh di dalam bandara pun gagal ikut Singapore Free Tour. Untungnya bandara ini super duper lengkap jadi nggak mati gaya amat.



pengalaman transit di singapura

Perjalanan udara dari Singapura menuju New Delhi memakan waktu kurang lebih enam jam. Sayangnya gue nggak bisa tidur sama sekali di pesawat lantaran leg room yang sempit. Ya apa boleh buat tiket seharga Rp. 1,2juta PP kok mau banyak mengeluh. :p

Sampai jumpa di series A Journey to India hari kedua ya!       



pengalaman naik jet airways






Jakarta, 3 Mei 2019
 
 Aishwarya Ray

9 Comments

  1. What a long long journey. Bacanya jadi ikutan cape, apalagi yg ngalamin. Untung badan ngak drop ya pdhl udh ngak tidur semaleman

    As always. Nice share

    ReplyDelete
  2. Kalo gue jadi lu, dari awal gue udah rencanain buat sewa hostel di tengah kota, Ka. 20 jam itu udah lama banget, terus gue udah pernah eksplor Changi sih. Jadi mending "staycation" bentar di luar bandara, sekadar tidur, mandi, dan makan :D
    Sekalian cek bagasi juga. Jadi kalo ternyata bagasinya nggak ada di baggage claim, baru gue samperin ke counter maskapai.

    Geovany itu cewek ya?
    Gue juga belom pernah naik Airbus :(
    Belom pernah naik maskapai full service ke luar negeri yang durasinya lama. Cuma pernah Malaysia Airlines sama Malindo Air dan semuanya seinget gue Boeing karena badannya nggak lebar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, kalau lo jadi gue sih gue nggak yakin lo nggak ngelakuin yang gue lakuin :p
      Pertama, gue belum pernah eksplor Changi. Kedua, gue tiba di Changi udah tengah malam. Belum urus bagasi dan imigrasi, bisa-bisa kehabisan jadwal MRT terakhir. Nggak mungkin naik taksi, karena mehong.

      Makanya gue nggak ngecek bagasi di baggage claim. Karena harus lewatin imigrasi. Sementara gue nggak mau lewatin imigrasi biar besoknya bisa ikutan Singapore Free Tour dari Changi.

      Iya, cewek.

      Delete
  3. triknya boleh jg tuh kalau terbata2, tunjukin aja kalau emang kita ngomongnya begitu wkwk..

    ternyata di singapura tu terkenal judesnya emang bener ya? entah imigrasinya, entah di bandaranya.. menyebalkan euy..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada yang baik banget juga kok, tapi kebanyakan kalau yang judes ya judes banget. T.T

      Bener, boleh disontek tuh kapan2 daripada malu kayak gue :))

      Delete
  4. Ya ampun transit 27 jam... saya transit 3 jam aja udah kesel banget, apalagi udah gitu ada reschedule lagi. bukan apa-apa kendaraan di negara tujuan yang terbatas waktunya jadi menuntut buat naik taxi.

    ReplyDelete
  5. Hi Nidy,

    Seru banget sih agenda transit di singapura-nya ;)
    Informasinya juga lengkap, next bisa baca lagi nih kalo pas transit di sg.

    Regards,
    Dee Rahma

    ReplyDelete
  6. Hallo kak, mau nanya utk free singapore program itu boarding passnya yg dr jkt ke singapore kan? Walaupun uda di sobek sebagian gpp ditunjukin aja?

    Ohya emg boarding pass kk ga ada atau ilang yah?

    Mhn pencerahannya soalnya aku akhir september ini mau transit lama di changi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Imarfah.

      Nah, kebetulan aku dpt staff yg judes. Aku bingung waktu itu boarding pass yg mana yg harus ditunjukkin. Dulu pas transit di Changi pake SQ, aku dikasih boarding pass langsung dua waktu di Soekarno-Hatta. Sementara pas ke India ini cuma 1 karena status penerbangan dari Singapore ke Delhi nya belum jelas.

      Asumsiku, boarding pass yg dibutuhkan yang penerbangan selamjutnya. Yang belum dipakai karena dia mau tahu jamnya masih lama atau gak, kalau mepet, gak bakal diizinkan ikut free tour.

      Delete

Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!