Manusia itu diciptakan berbeda. Lahir
dari rahim yang sama saja belum tentu satu pemikiran, dan satu
selera, apalagi jika tidak ada hubungan darah sama sekali. Meskipun
demikian, bukan berarti kita tidak butuh orang lain dalam hidup.
Anindhya atau yang akrab
 disapa Didi, salah satu teman terbaik di kantor. But she's
 completely different in many ways. Jika dilihat dari penampilan saja
 sudah jauh berbeda. Dalam hal berbelanja misalnya, gue tipikal
 'fighter', senang banget kalau ada pesta diskon yang mengharuskan
 gue untuk ngubek-ngubek tumpukkan barang, tidak takut kalau harus
 rebutan barang dengan orang lain, yang penting dapat harga termurah.
 Sementara dia, tipikal yang datang ke mall, cek harga, kalau cocok
 langsung ke kasir. Dia paling malas kalau harus berdesak-desakan
 dengan orang banyak hanya untuk membeli satu potong pakaian.
Dalam memilih warna
 lipstick, kami pun punya selera yang cukup berbeda. Gue lebih suka
 pakai warna nude (pink mauve, dan coral). Sementara dia lebih suka
 pakai warna merah menyala. Setiap kami ke counter kosmetik, gue
 selalu mengatakan hal yang sama, "Pasti lo mau beli merah lagi
 deh, ngapain beli warna merah mulu cuma beda merk". Paling
 sering adu pendapat deh kalau sudah di depan counter kosmetik.
Soal selera musik?
 Jangan ditanya, kami bertolak belakang banget. Didi lebih menikmati
 lagu dangdut. Kalau tidak percaya, coba saja lempar satu kata
 padanya, dia pasti langsung menyanyikan lagu dangdut dengan kata
 tersebut. Gue sering melabelkan title 'Bang Ipul versi cewe',
 tiap kali dia nanyi lagu dangdut. Sementara lagu-lagu yang gue suka,
 Didi tidak tahu sama sekali. 
 
Apalagi kalau bahas serial Korean drama. Didi tidak tahu sama sekali nama aktor maupun aktris Korea yang serial dramanya gue tonton. Gue pun begitu, saat dia lagi ngefans sama artis Turki, gue hanya bisa diam karena tidak kenal satupun nama-nama artis Turki, karena tontonan Didi hanya serial drama Turki dan India.
Meskipun banyak hal
 berbeda yang kami miliki, bukan berarti kami tidak saling
 membutuhkan, dan tidak suka satu sama lain. Gue pribadi, ketimbang
 harus mempersoalkan perbedaan yang ada diantara kami, lebih baik
 mencari persamaan yang membuat kami semakin erat tali
 persahabatannya.
Banyak contoh
 orang-orang yang kehilangan sahabat hanya karena mempermasalahkan
 hal-hal sepele yang seharusnya tidak diperdebatkan. We choose
 to embrace what we have in common. Benar, kalau banyak sekali
 perbedaan mencolok yang ada di diri kami, tapi tidak pernah
 sekalipun kami ribut besar hanya karena perbedaan kecil tersebut.
Gue dan Didi hingga saat
 ini masih menjalin pertemanan pun karena adanya persamaan yang kami
 miliki. Daripada melihat perbedaan selera belanjanya saja, toh yang
 penting kami berdua sama-sama suka belanja. Jadi kalau kami jalan ke
 mall bareng, gue akan 'berjuang' di antara tumpukan baju, sementara
 Didi, yang tidak suka berdesakkan, bisa duduk manis sambil jagain
 tas gue.
Soal lipstik, mau apapun
 warna yang kami pilih, intinya kan kami berdua sama-sama menyukai
 lipstik. Lalu musik? Apapun genre musik yang kami sukai, yang
 penting kami berdua sama-sama suka musik, kan?
Toh kami bukan anak SMA
 lagi yang bertengkar hanya karena tidak dipinjamkan pulpen, atau
 karena nilai hasil ujiannya lebih besar dari satu sama lain. Kami
 sadar betul bahwa sekarang sudah memasuki fase dimana adu mulut,
 bertengkar, atau saling sirik itu akan menguras energi dan lebih
 banyak hal yang berguna selain sibuk mengurusi hidup orang lain.
Perbedaan karakter juga
 bukan suatu masalah bagi kami, malah bisa saling melengkapi, lho.
 Gue yang emosinya lebih cepat meledak, seringkali dibantu oleh Didi
 untuk menetralkan kembali. Sementara Didi yang sering 'pasrah' sama
 masalah yang lagi menimpanya, harus gue kasih semangat dan solusi. That's what friends are for. #KemudianNyanyi
Tak terbayang bagaimana
 rasanya kalau gue tidak punya sahabat di kantor. Saat lagi stres
 dengan pekerjaan, kesal dengan rekan kerja lain, tidak ada tempat
 paling nyaman selain cerita dengan sahabat sendiri. Kalau sudah
 ngobrol, kami pasti satu frekuensi. Meskipun kalau gue lagi excited
 bahas serial drama Korea yang baru saja gue tonton, dan Didi tidak
 mengerti sama sekali, tapi masih banyak bahan obrolan yang bisa kami
 diskusikan selain itu. Mulai dari hal receh sampai bahas politik
 yang menurut kami berdua adalah pembahasan berat.
We always finish each
 other's sentences. Bahkan sampai pakai bahasa isyarat tubuh saja
 kami sudah saling mengerti. Misalnya nih, saat kami lagi ke salah
 satu mall di Jakarta. Tiba-tiba berpapasan dengan orang yang
 dandanannya nyentrik banget, mata gue langsung mengirim sinyal ke
 Didi, dan dia pun langsung paham maksud gue apa. Terus kami langsung
 tertawa. Mungkin kalau orang lain yang melihat, belum tentu mengerti
 kenapa kami tertawa, soalnya tidak ada satu patah kata pun yang
 keluar dari mulut saat itu, tiba-tiba sudah tertawa saja.
Soal kuliner, hampir
 tidak pernah diperdebatkan. Maklum, kami berdua sama-sama doyan
 makan. Kalau lagi travelling bareng, yang dicari pertama kali
 adalah spot kulinernya. Uniknya persahabatan ini, di saat gue baru
 saja mengingatkan untuk olahraga bareng, sorenya gue malah ngeshare
 foto makanan enak. Keesokan harinya di pagi hari, Didi bagi informasi cara diet
 kekinian, tapi siang hari dia malah ngajak makan bakso. Jadi wacana
 tidak pernah berjalan lurus sebanding dengan action.
Kami berdua sadar, bahwa
 hobi kami yang suka kulineran pasti bakal bikin berat badan cepat
 naik dan kesehatan tidak terkontrol. Kolesterol naik lah, gula darah,
 dan tekanan darah yang naik turun lah. Gue rajin mengajak Didi untuk
 olahraga bareng di kawasan Senayan, meskipun dia hanya mengiyakan 4
 dari 10 ajakan yang pernah gue tawarkan. Karena gagal terus,
 akhirnya gue bawain Teh Hijau Kepala Djenggot. Kenapa jadi tiba-tiba
 minum teh?
Seperti yang sudah gue
 ceritakan di atas, di sela-sela jam kerja, kami selalu duduk di spot
 favorit. Entah itu buat ngobrol sambil ngemil atau ngeteh bareng.
 Karena gue tahu, sahabat gue ini susah diajak olahraga, setidaknya
 mau diajak mengonsumsi makanan dan minuman sehat. Saat gue bawain
 Teh Hijau Kepala Djenggot, dia langsung mau. “Mendingan ini deh,
 gak pakai capek lari-lari,” kata Didi baru nyeruput tehnya. :))
Awalnya dia sempat ragu
 dengan produk ini. Lalu akhirnya gue jelaskan.
“Lo gak ingat iklannya
 dulu, Kak?,”tanya gue pada Didi
“Iklan yang mana ya?
 Gue lupa,”jawab Didi
“Mon, Mon, maen gembot
 bikin pusing. Dulu gembrot kok sekarang langsing. Rahasianya apa,
 Mon? Gitu Kak! Ingat gak?,” Gue berusaha menirukan dialog di dalam
 iklan tersebut.
“Oooooh iya ingat!
 Yang bintang iklannya Kadir sama Diana Pungky, ya? Hahahaha,”
 Akhirnya dia ingat juga. :D
By the way, ada yang masih ingat dengan iklan itu? Selamat, berarti kamu sudah tua. :))
Sesimple itu untuk membuat Didi percaya bahwa produk Teh Hijau Kepala Djenggot ini baik untuk dikonsumsi, karena teh ini sudah ada sejak lama di Indonesia, pastinya juga sudah mengantongi izin dari BPOM Indonesia. Tidak mungkin donk gue kasih produk asal-asalan ke sahabat sendiri.
Seperti yang sudah diketahui, teh hijau memang punya banyak manfaat
 untuk menjaga kesehatan, yaitu mengontrol berat badan dan mencegah
 kanker. Kandungan antioksidan di dalamnya 100 kali lebih banyak dari
 vitamin C. Lihat saja orang-orang Jepang yang punya tradisi dan
 kebiasaan minum teh hijau sehari sekali. Rata-rata berumur panjang
 dan mempunyai kulit yang bagus.
Nah, semakin banyak kan
 hal-hal yang buat kami berdua makin sehatea. Belakangan
 ini coba perhatikan deh, banyak orang yang bertubuh sehat, tapi
 kesehatan jiwanya tidak sehat hanya karena terlalu sibuk mengurusi
 perbedaan. Apalagi kalau lihat timeline fesbuk, seram banget!
 Padahal kalau ditelaah lebih baik, akan ada banyak persamaan yang
 membuat hubungan persahabatan dan persaudaraan lebih kuat. Tidak ada
 untungnya kalau kita hanya fokus pada hal-hal yang kurang membawa
 manfaat. Coba ubah sudut pandang ke arah yang lebih positif. Hidup
 juga akan lebih bahagia.
Anyway,
 bagaimana dengan kalian? Pasti punya donk sahabat yang berbeda tapi
 #sehatea? Coba yuk ceritain di kolom komen yang ada di bawah ini
 tentang persahabatan kalian yang berbeda namun #sehatea. Share juga
 ceritanya di blog kalian, ya. Siapa tahu cerita kalian bisa
 menginspirasi banyak orang. Jangan lupa colek gue nanti biar bisa
 gue baca juga. Let's spread the love!
Cek Instagram: www.instagram.com/kepaladjenggot
Cek Instagram: www.instagram.com/kepaladjenggot
FOLLOW ME HERE
  











1 Comments
Kemarin mau ngambil teh ini sewaktu belanja. Tapi aku malah ambil teh yang biasa kubeli hahahhaha. Kayaknya kudu dicoba
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!