Japan Travel Diaries – Jatuh Cinta pada Kyoto (Day 4)

japan travel diaries - kyoto

Pertama kali travelling ke Jepang, siapa yang nggak tertarik untuk mampir ke Kyoto? Kalau Indonesia punya Jogja yang masih kental akan budayanya, maka Jepang pun punya Kyoto. Gue termasuk yang nggak mau melewatkan Kyoto dari list itinerary. Kota tua nan cantik ini seakan punya daya magis tersendiri dalam menarik minat wisatawan. Sayangnya, gue hanya menyempatkan waktu satu hari saja di pusat Kota Kyoto, sebelum keesokan harinya beranjak ke Arashiyama. Lalu ke mana saja di Kyoto jika hanya punya waktu sehari? Yuk, kita simak secantik apa Kyoto hingga berhasil buat gue langsung jatuh cinta!



Tiba di Kyoto dari Tokyo

Seperti yang sudah gue ceritakan di post sebelumnya, gue dan teman-teman memilih naik bus malam dari Tokyo demi menghemat budget penginapan. Harga busnya pun lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta. Kami tiba di Gion-Shijo sekitar pukul 7 pagi, diturunkan di pinggir jalan raya tepat di halte khusus Willer bus. 10 menit sebelum bus sampai di halte, sang supir mengumumkan bahwa kami akan tiba di tujuan dengan speaker. Suara speakernya pun halus banget, nggak sampai membuat penumpang kaget. Gue rekomen banget deh bus ini.

halte gion shijo tempat pemberhentian willer bus

Sejak pertama kali membuka mata hari itu, gue sudah tahu kalau gue bakal jatuh cinta banget dengan kota ini. Bus berhenti di halte bus yang tepat berada di samping Kamo River. Suasana pagi hari di sana menyenangkan sekali. Kalau nggak ingat ada itinerary yang sudah dibuat dan kondisi muka yang masih polos belum cuci muka apalagi sikat gigi, mungkin gue lebih memilih untuk duduk-duduk santai di pinggir sungai itu.

Semalaman kami satu bus dengan rombongan ibu-ibu asal Malaysia. Jadi nggak terasa seperti sedang di Jepang saat berada di dalam bus. Mereka pun turun di halte yang sama dengan kami. Gue sempat bingung harus ke mana setelah tiba di halte tersebut. Akhirnya gue memutuskan untuk mengikuti ke mana rombongan ibu-ibu itu melangkah. Mereka menuju Gion Shijo station yang letaknya memang dekat sekali dengan halte bus. Begitu sampai di stasiun, mereka sepertinya melipir ke café, sedangkan kami langsung sibuk cari coin locker.


Terjadi Lagi, Susahnya Cari Coin Locker

Meskipun masih pagi, ternyata ketersediaan coin locker ukuran terbesar di Gion-Shijo station sudah habis. Gue bingung mau nitip koper di mana lagi, sedangkan agenda kami pagi itu adalah ke Fushimi Inari. Akhirnya gue nekat langsung ke Fushimi Inari station, dengan harapan masih ada coin locker di sana. Kalau pun nggak ada, ya sudah pasrah geret koper di tempat wisata.

coin locker at fushimi inari station
sewa locker di fushimi inari station


Dari Gion-shijo ke Fushimi Inari station harus naik kereta dulu. Dekat kok, hanya melewati lima stasiun. Sesampainya di Fushimi Inari Station, gue lumayan bingung. Soalnya model stasiunnya kayak Stasiun Cawang. Bukan stasiun bawah tanah gitu. Tapi untungnya begitu turun dari kereta, langsung nemu coin locker dan masih banyak yang kosong. Tanpa banyak basa-basi, gue dan teman-teman langsung bongkar koper, ambil pakaian yang mau kami kenakan hari itu beserta peralatan mandi dan makeup. Kami bergantian ke toilet untuk bersih-bersih. Setelah kelar semua, koper dimasukkan ke loker yang berukuran paling besar. Biaya sewa locker ukuran large sekitar  ¥800 (sekitar Rp. 104,000). Pastikan semua barang yang mau kalian bawa selama seharian sudah kalian ambil, karena kalau sudah terkunci dan kalian buka, untuk menguncinya lagi berarti harus bayar lagi.


Fushimi Inari Taisha

Getting There: Dari Gion-shijo Station, naik kereta turun langsung di Fushimi Inari Station (5 stops). Ongkosnya  ¥210. Setelah keluar stasiun, tinggal belok kiri dan ikuti saja ke mana orang-orang berjalan. :D

inari information center
jalan kaki di kyoto
jalan-jalan di kyoto
pengalaman travelling ke kyoto jepang
eksplor kyoto dalam sehari
tiket masuk fushimi inari
pengalaman ke fushimi inari kyoto


Fushimi Inari Taisha ini adalah salah satu kuil Shinto terbesar dan yang paling diagungkan untuk menghormati dewa padi. Jika melihat sejarah panjang yang dimiliki Fushimi Inari Taisha, mungkin bakal capek bacanya. Toh gue juga sebenarnya nggak paham banget, jadi kalian bisa cari sumber literatur yang bisa diandalkan. Kondisi dan suasana di sana yang penuh turis membuat gue kurang nyaman menikmati setiap sudut kuil. Jika kalian ke sana, coba sempatkan deh untuk membaca sejarah yang ada di beberapa sudut kuil. Biar nggak menyesatkan kayak gue.
kuil terbesar di kyoto
how to enter a shrine in japan
fortune teller in japan
kyoto travel diaries
fushimi inari in kyoto japan
pengalaman ke jepang tanpa travel
history of fushimi inari


Fushimi Inari ini merupakan salah satu icon dan objek wisata gratis yang ada di Kyoto. Kalau ke Kyoto tanpa mampir ke Fushimi Inari tuh bakal mubazir banget. Tempat ini pernah dipakai syuting Memoirs of Geisha.

Di dalam komplek kuil ini ada Torii Gate yang sangat terkenal. Ini dia yang menjadi daya tarik para traveler dari seluruh penjuru dunia. Berhubung Fushimi Inari Taisha buka selama 24 jam, gue sarankan kalian untuk datang sepagi mungkin. Kalau perlu sekalian sunrise. Kalau kesiangan dikit, tempat ini bakal dipenuhi oleh turis. Gue benar-benar nggak bisa ambil foto tanpa bocor sama sekali.
thousand of tori gate in kyoto
maps of fushimi inari
tori gate in fushimi inari kyoto
tori gate in fushimi inari kyoto
tori gate in fushimi inari kyoto


Jumlah Torii Gate yang ada di sini tuh ratusan dan merupakan sumbangan dari perusahaan-perusahaan yang ada di Jepang. Kalau punya waktu lebih, kalian bisa menyusuri Torii Gate sampai ke puncak gunung. Katanya sih bakal menghabiskan waktu sekitar lebih dari dua jam. Gue? Ya sudah pasti nggak sampai ujung. Lelah Hayati, bang..


Berburu Jajanan di Depan Fushimi Inari Taisha

Jadi begitu puas ambil foto, gue dan teman-teman langsung balik ke Fushimi Inari Station. Oh iya, di sepanjang perjalanan dari Fushimi Inari Taisha ke stasiun, ada banyak street food dan kafe. Harganya? Sudah pasti lebih mahal karena masih berada di kawasan objek wisata.
chicken karage in japan
street food in kyoto japan

Salah satu yang kami coba yaitu chicken karage yang dipotong kecil-kecil lalu ditusuk dengan tusuk sate dan dimasukkan ke dalam gelas karton. Dari aromanya saat digoreng itulah yang membuat kami tertarik untuk cobain. Harganya ¥400 dan dibagi berempat. Jadi per orang patungan ¥100 deh. Rasanya enak, bagian luarnya tuh krispi banget tapi di dalamnya masih juicy. Kayaknya sih dimakan pakai nasi dan dicocol saus sambal bakal lebih nikmat. Indonesia banget nggak tuh!

mochi in japan
street food price in japan



Jajanan kedua yang kami coba adalah mochi. Sayangnya, saat mau beli mochi, dua teman yang lain nggak mau ikutan patungan. Jadi hanya gue dan Ulfa yang beli. Alasan teman yang nggak mau ikut patungan adalah karena takut nggak suka. Bagaimana dia tahu bakal nggak suka kalau nggak pernah coba, ye kan? Well, dari awal lihat kue mochi ini, memang gue sudah penasaran banget mau cobain. Mumpung lagi di Jepang, nih. Sayang banget kalau sampai nggak nyobain mochi ala Jepang. Harganya ¥400 per buah. Cukup mahal memang tapi ukurannya lumayan besar kok. Rasanya beneran enak, manisnya pas, dan chewy banget. Kalau kalian mau cobain mochi kayak gini juga, mendingan cobain di tempat lain yang menawarkan harga lebih murah. Karena ternyata rata-rata harga mochi ini di tempat lain hanya ¥250 aja donk!

hunting street food in kyoto
dango in spring


Sisa jajanan lain di sana sangat meragukan. Meskipun banyak banget pilihannya. Ada kobe beef, mie goreng ala Jepang, sampai sate babi pun ada. Lah ya gue takut salah makan, kan. Akhirnya setelah jajan dua makanan itu, kami langsung bergegas menuju stasiun.


Sewa Kimono di Gion-shijo

Getting There: Naik kereta Keihan Main Line, turun di Gion-shijo Station exit 9. Begitu keluar stasiun, jalan lurus sedikit lalu belok kanan. Begitu ketemu pertigaan, bakal lihat Family Mart. Nah lokasi tempat sewa kimono ada di atas Family Mart.

gion shijo station exit 9



Seperti yang sudah gue ceritakan di postingan review sewa kimono di Kyoto sebelumnya, gue memutuskan untuk menyewa kimono untuk keliling Gion distrik. Kami hanya punya waktu sehari di Kyoto dan nggak bakal mengunjungi semua tempat menarik di sana, akhirnya gue memilih menghabiskan waktu lebih lama di Gion. Supaya lebih cetar dan memorable, gue memilih untuk sewa kimono sekalian.

Kami menghabiskan waktu kurang lebih hampir dua jam di toko KyotoKimono Rental Wargo. Memakai kimono ternyata ribet juga, bok. Pantas saja lama. Belum lagi gue minta dikondein dulu rambutnya. So far, gue puas dengan pelayanan di Kyoto Kimono Rental Wargo. Recommended!


Keliling Gion Distrik

Setelah semua berdandan cantik dengan memakai kimono, kami langsung jalan keliling Gion distrik. Pusat keramaian Gion distrik hanya berjarak beberapa blok saja dari tempat penyewaan kimono.

explore gion district
keliling gion kyoto



Awalnya sempat malu juga sih pakai kimono, tapi baiknya orang Jepang itu nggak kepo sama urusan orang lain. Jadi nggak ada deh tatapan aneh selama kami memakai kimono.

Kawasan Gion sudah pasti penuh turis. Meskipun begitu, masih banyak kok spot-spot yang sepi. Masuk saja ke gang-gang kecil. Di kawasan ini banyak bar-bar yang baru akan buka pada malam hari. Jadi saat kami berada di sana, jangan harap ketemu Geisha. Toko dan bar pun belum buka.

yasaka shrine in kyoto
pengalaman sewa kimono di kyoto

Setelah itu, kami memutuskan untuk ke Yasaka Shrine dan Maruyama Park dengan harapan bakal ketemu sakura lagi. Maruyama Park sudah terkenal sebagai spot untuk berburu sakura di Kyoto. Taman ini sering dijadikan spot untuk hanami. Ada beberapa kios makanan di sana dengan bale-bale. Biasanya mereka menikmati sake di bale-bale sambil menikmati keindahan bunga sakura. Kalau kehabisan spot duduk di sana, bisa piknik lesehan di atas terpal yang sudah disediakan. Gue dan teman-teman memilih duduk di atas terpal ini. Sayangnya, pohon sakura yang masih tersisa hanya tinggal 3 pohon saja. Ya mendingan lah ya daripada nggak ada sama sekali. Piknik di atas terpal ini gratis kok, kalian tinggal bawa perbekalan makanan saja.

hanami spot in kyoto
hanami in maruyama park kyoto

Yasaka Shrine nggak terlalu ramai di sore hari. Gue sempat memperhatikan orang-orang yang datang untuk beribadah. Di area depan kuil juga ada street food. Kami patungan beli satu tusuk crab stick. Ukurannya cukup besar, makanya bisa patungan. Di kios crab stick ada tulisan “No photo”, jadi gue nggak berani ambil foto di sana. Foto yang gue upload ini adalah penjual crab stick yang ada di depan Fushimi Inari.
harga jajanan di jepang

Karena sudah kelelahan dan baterai kamera beserta gadget sudah habis semua, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat penyewaan kimono. Jadwal pengembalian kimono adalah pukul 18:30. Kami sudah kembali ke sana tepat setengah jam sebelum jadwal.

Setelah mengganti pakaian, kami juga sempat minta izin untuk shalat di @kyotokimonorental.wargo. Alhamdulillah diberi space di tempat ganti baju, wudhunya bisa di toilet yang ada di sana. Menurut gue Kyoto Kimono Rental Wargo ini memang Muslim friendly banget, sih. Soalnya stafnya langsung mengerti begitu teman gue bilang, “May I use a space in here to have prayer?”. Tanpa banyak bicara, stafnya langsung bilang oke dan memberi tahu di mana tempatnya.
Kaki masih pegal, badan juga sudah capek banget. Ulfa mengajak kami untuk istirahat sebentar di Family mart yang memang berada di bangunan yang sama dengan Kyoto Kimono Rental Wargo. Area tempat duduknya ada di lantai dua, selantai dengan tempat penyewaan kimono. Sementara area minimarketnya ada di lantai dasar. Di sana kami sempat mengisi baterai kamera juga sambil update instagram. :D
tempat sewa kimono murah di kyoto

Begitu kaki sudah mulai bersahabat untuk diajak jalan, kami langsung melanjutkan perjalanan lagi, yaitu mengambil koper dan check in ke apartemen. Baru saja keluar bangunan, ternyata ada pohon sakura yang letaknya di pinggir sungai. Kami langsung berhenti dan foto-foto sebentar. Pemandangan yang kami lihat ini sepintas mirip dengan Naka-Meguro, meskipun nggak mirip-mirip amat, sih. Maklum, kami sempat kecewa di hari sebelumnya ketika sudah sampai di Naka-Meguro Station, ternyata kata petugas stasiunnya sudah nggak ada lagi cherry blossom di sana.

berburu sakura di kyoto
gion district at night

Ternyata suasana malam di Gion distrik romantis banget! Lampu-lampu di depan toko atau rumah-rumah tradisional sudah mulai dinyalakan. Cahayanya yang temaram dengan sisa-sisa pohon sakura yang masih mekar di sepanjang jalan dan udara dingin yang mulai menusuk, bikin tiba-tiba jadi kangen Jonghyun CNBlue. #Eh

Puas foto-foto di sana dan dibikin baper sama suasana malam di Gion, kami kembali ke Fushimi Inari Station untuk mengambil koper. Sementara apartemen yang sudah kami sewa di Airbnb berada dekat dengan Tofokuji Station.

visit gion at night



Begitu sampai di Tofokuji Station, kami sempat salah keluar pintu exit. Mungkin karena sudah terlalu lelah, jadi hilang fokus nih. Untungnya ada bapak-bapak yang membantu kami membawa koper saat menuruni anak tangga. Begitu sampai di lantai bawah, eh nemu lift. Kan bangke ya! Akhirnya melihat salah satu pegawai di stasiun dan tanpa ragu bertanya padanya bagaimana cara keluar dari stasiun ini.


Perjuangan Mencari Apartemen

Setelah berhasil keluar stasiun, lagi-lagi ada drama mencari bangunan apartemen. Jauh sebelum berangkat ke Jepang, pemilik apartemen sudah mengirim email berisi petunjuk dari Tofokuji Station menuju ke apartemen. Isinya detail banget, disertai foto bangunannya segala. Dengan yakin gue jalan terus. Tiba-tiba Ulfa manggil, “Oma, kayaknya ini deh apartemennya”. Gue melihat ke sekeliling bangunan. Memang mirip, tapi beda ah. Gue masih nggak yakin kalau bangunan yang ditunjuk Ulfa itu adalah apartemen yang kami tuju. Karena nggak yakim, gue bilang ke Ulfa bahwa bangunan itu nggak sama seperti di foto. Tapi Ulfa masih kekeuh.

Karena gue sudah pernah lihat seperti apa penampakan apartemennya di google maps dan sudah gue ingat betul kira-kira seberapa jauh jaraknya dari Tofokuji Station, gue juga nggak mau pasrah gitu aja. Gue tetap jalan ke depan, sementara teman-teman gue yang lain jauh di belakang karena mereka masih antara percaya nggak percaya dengan pendapat gue. Tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang naik sepeda berhenti di dekat kami. Dia bertanya kami mau ke mana. Kayaknya terlihat jelas banget ya di raut muka kami yang kebingungan. Kami menyodorkan gawai ke wanita itu dan menanyakan lokasi apartemen yang kami maksud. Sayangnya, dia juga belum lama tinggal di daerah situ. Jadi nggak bisa banyak membantu.

Ulfa mau balik lagi ke bangunan yang pertama kami lihat. Karena gue juga nggak mau ngalah saking yakinnya, akhirnya gue bilang ke mereka, “Ya udah gue lihat sendiri duluan deh. Gue udah lihat kok di google maps. Kalian yakin nggak bangunan yang tadi? Udah pernah ngecek belum di google maps sama file yang dikasih ownernya?”. Mereka nggak ada yang bisa jawab pasti. Ujung-ujungnya ngikutin gue di belakang. :D

Benar saja, nggak lama kemudian gue melihat bangunan yang mirip banget dengan foto yang gue lihat di google maps dan file yang dikasih pemilik apartemen. Bangunannya sudah tua, kayak nggak terawat gitu. Dengan muka girang, gue langsung manggil Ulfa yang masih ketinggalan di belakang. Bantuin dia bawain kopernya. “Nih, lebih mirip mana yang di foto sama bangunan yang tadi?”, tanya gue ke Ulfa. “Oh iya”, jawabnya sambil cengar-cengir.

sewa apartemen di kyoto via airbnb


Unit yang kami sewa katanya sih ada di lantai tiga. Permasalahan terbesarnya adalah apartemen ini nggak punya lift. Jadi kami harus gotong koper segede gaban sampai lantai tiga. By the way, bangunannya memang hanya sampai lantai tiga. Sang pemilik hanya memberikan informasi sangat terbatas. Dia nggak kasih nomer unitnya, hanya bilang ada di lantai tiga dan pintunya nggak terkunci. 

Setelah berhasil naik ke lantai tiga dengan darah dan perjuangan, kami cek lagi tuh filenya. Ternyata memang nggak dikasih nomer unit apartemennya. Tahu nggak apa yang kami lakukan? Kami cek satu persatu, unit mana yang lampunya mati. Di lantai itu kurang lebih hanya ada 10 unit dan hanya ada sekitar tiga unit yang lampunya mati. Dari ketiga unit itu, kami cek lagi kira-kira unit yang mana yang nggak terkunci dengan cara melihat posisi lubang kuncinya. Dari ketiga unit ini, mana yang posisi lubang kuncinya beda sendiri. Akhirnya nemu satu nih dan pas Ulfa coba buka, bisa terbuka. Pintunya nggak terkunci sama sekali. Tapi kami nggak langsung masuk dan membawa koper. Gue masih mau ngecek dulu apakah ini unit yang benar atau nggak. Pas gue masuk, gue heran banget soalnya kamarnya ada tiga. Sementara unit yang kami sewa itu hanya ada satu kamar. Meskipun motif spreinya sama seperti yang ada di foto. Nah lho!
sewa airbnb di kyoto

Karena masih ragu, akhirnya kami keluar lagi. Nggak lama kemudian ada rombongan keluarga yang kalau gue dengar sih asalnya dari Korea Selatan, tiba-tiba masuk ke unit yang baru saja kami tutup pintunya. Mereka check in di unit itu. Fiuh, hampir saja kami tertangkap basah. Dua teman yang lain turun ke lantai dua mengecek kemungkinan lain. Ternyata ada unit yang nggak terkunci juga. Kami coba masuk dan akhirnya benar! Ya Allah... rempong banget dah mau check in doank. Inilah mengapa gue nggak share apartemen yang kami sewa di Kyoto ini ke khalayak ramai. Karena memang nggak rekomen dari segi lokasi dan kemudahan check in. Meskipun fasilitas di dalam unitnya cukup nyaman ya.
pengalaman sewa airbnb di kyoto

Setelah berhasil check in, kami langsung beres-beres. Gue memilih kasur tatami di lantai, sedangkan teman-teman yang lain tidur di atas kasur normal. Sebelum tidur gue sempat mandi berendam air panas. Nikmat banget ya Allah.

Hari keempat ini menurut gue sangat amat melelahkan. Maklum belum istirahat dengan baik sejak tiba di Kyoto. Semalaman tidur di bus pula. Meskipun busnya nyaman, tetap saja nggak ada yang bisa mengalahkan kenikmatan tidur di atas kasur. Hari selanjutnya kira-kira bakal ke mana ya??
spring in kyoto japan


Baca juga!

Japan Travel Diaries:
Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5
~ Day 6 ~ Day 7

Japan Travel Hack:

5 Comments

  1. Ya ampun dibalik foto2 cantik ternyata perjuangannya panjang ya. Tapi jadi Ada bahan buat ngeblog kaan ? Hahhahaa. Tapi hasilnya maksimal lah Baik foto maupun bahan blog

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju... mau susah senang kalau lagi travelling bisa jadi konten yes :D

      Delete
  2. Aku sich senyum senyum bacanya pas kalian mau check in apartemen, secara ndak dikunci dan tebak tebakan mana yang nggak kekunci. Hahhaahha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayak lagi ikutan kuis tebak-tebakan loh itu.. :))

      Delete
  3. Secara pribadi saya jauh lebih menyukai suasana Kyoto yang semi tradisional ketimbang Tokyo yang menurut saya sangat metropolis. Mengelilingi kawasan Gion dengan jalan kaki itu bener-bener kaya dibawa balik ke masa lalu, apalagi sesekali ada geisha-geisha berkimono lengkap yang berpasapasan di jalan.

    Anyway, kalo ga salah untuk sampai puncak Fushimi Inari itu ada 12ribuan anak tangga yang harus dinaiki, dan disepanjang jalan ada 6 atau 8 pos level. Mayoritas pengunjung biasanya sampai level 2 atau 3. Saking penasaran ada apa di atasnya, saya pernah mencoba hingga puncak. Ternyata di paling atas selain ada kuil kecil juga ada kuburan hehehe.

    ReplyDelete

Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!