Mau Berburu Kerajinan di Jogja? Main ke Malangan, Yuk!

desa wisata malangan yogyakarta

"Jam 8 kita ngumpul ya, nggak usah mandi soalnya sudah datang jemputannya", kata Hanif

Pagi itu, gue, Dwi, dan Aya hanya mengangguk dan bergegas kembali ke homestay kami di Desa Pancoh. Begitu sampai di kamar, gue langsung berubah pikiran. "Aku mandi dulu ya, anyeb nih sebadan-badan", kata gue sambil mencari keberadaan handuk di dalam ransel. "Yaudah gantian saja kayak kemarin, aku sama Mba Dwi makan dulu, itu sudah disuruh ibunya makan", jawab Aya.

Saat itu, gue nggak ingat destinasi hari itu mau dilanjutkan kemana lagi, yang jelas gue butuh mandi. Mengingat pada perjalanan sehari sebelumnya, setelah basah-basahan di Air Terjun Sri Gethuk, kami langsung diboyong ke Embung Nglanggeran tanpa sempat bilas sama sekali. Setelah melihat hasil foto-fotonya, kok ya gue kayak muka anak punk yang suka nongkrong di Terminal Kampung Rambutan. Pakai kaos hitam, dekil, muka lusuh, alis hilang separo.

Pukul 9 pagi, kami baru jalan menuju ke balai desa, tempat janji bertemu. Di sana baru ada Hanif, Rifqy, dan Sitham. Kami cukup tercengang melihat mereka masih mengenakan kaos yang sama sedari pagi. Mereka pun begitu. "Kalian mandi, ya?". Begitulah kalimat yang pertama kali diucapkan Sitham.

"Itu kita sudah ditunggu loh dari jam 7 sama orang dari Desa Malangan. Sana salaman dulu", ujar Hanif yang nggak kalah kaget melihat 3 gadis cantik dan jelita ini sudah pada mandi.

Merasa bersalah karena sudah membuat orang lain menunggu terlalu lama, akhirnya kami mengikuti perintah Hanif. Di sana sudah ada Rifqy dan seorang pria, Wiji Raharjo namanya, sedang duduk sambil memegang handphonenya. Begitu melihat kedatangan kami, beliau langsung tersenyum. Selang beberapa menit, datanglah 3 orang lagi. Alid, Halim, dan Aji. Alhamdulillah ada yang lebih telat dari gue. Tanpa banyak mengulur waktu, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Desa Wisata Malangan.

[Baca juga: Wisata Edukasi Salak Pondoh dan Susur Sungai Kaliadem]


desa wisata malangan yogyakarta


Kalau kalian baru banget baca postingan tentang tulisan yang gue kasih label tagar #EksplorDeswitaJogja dan bingung kenapa di Jogja mainnya ke desa-desa mulu. Baiklah akan gue ceritakan lagi ya.

Jadi tahun lalu, gue dan beberapa teman blogger diajak untuk mengunjungi desa-desa wisata yang ada di Yogyakarta. Salah satu tujuannya adalah memperkenalkan desa-desa yang memiliki potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata. Selain memecah fokus turis yang hanya memadati pusat kota, juga membantu perekonomian warga desa dengan menghidupkan sektor pariwisata di desa mereka. Bagi kalian yang sudah biasa ke objek wisata di Jogja yang itu-itu lagi atau mungkin bosan dengan rutinitas perkotaan, coba deh sekali-kali datang ke desa-desa yang ada di Jogja. Kalau cuma mau liburan ala-ala Julia Roberts di film Eat, Pray, & Love mah nggak usah jauh-jauh ke Ubud. Datang saja ke Jogja!

Oke, lanjut lagi ya tentang Desa Malangan.

berburu kerajinan di yogyakarta

Di perjalanan, Wiji banyak bercerita tentang desanya. Desa Malangan sudah sejak lama menyandang title sebagai desa wisata, namun baru sejak akhir tahun 2016, Wiji mulai aktif mendorong warga desanya untuk memajukan desa melalui potensi pariwisata.

Selama ini jika ada rombongan tamu yang datang dengan bus, dibiarkan saja keliling desa tanpa ada satupun pemandu yang menemani. Meskipun potensi desa ini cukup banyak, tapi karena hal kecil tersebut, jadi nggak ada 'ikatan' atau kenangan yang akan membekas di ingatan para pengunjung yang datang mengenai desa ini.

[Baca juga: Blusukan ke Sakem]

Analoginya begini, bayangkan kalian pergi ke mall. Lalu masuk ke salah satu tokonya dan keliling toko sendirian tanpa ada satupun SPG yang melayani, pasti akan terasa berbeda jika ada SPG yang menemani dan melayani kita selama berbelanja di toko tersebut. Bedanya apa? Ya banyak! Kamu akan merasa lebih nyaman namun segan saat keliling toko, dan apabila pelayanan SPG tersebut juga baik dan ramah, pasti kamu akan terkesan kan dengan tokonya?

Begitu kami tiba di Desa Wisata Malangan, dan turun dari mobil, sudah ada banyak bapak-bapak dan beberapa anak muda juga yang menyambut kami. Setiap orang dari rombongan travel blogger yang datang kala itu, diberikan sejumput kain khas Jogja. Bagi laki-laki, dipersilahkan untuk memakai kain tersebut di kepala hingga menjadi blangkon, sementara yang wanita bisa dijadikan slayer di leher.

wisata sepeda onthel di desa wisata malangan yogyakarta

Salah satu yang berkesan sejak pertama menginjakkan kaki di Desa Wisata Malangan ya apalagi kalau bukan penampilan para bapak-bapak yang tadi menyambut kami. Mereka memakai baju lurik dan blangkon, tentunya. Sejak awal hingga akhir acara, kami ditemani oleh mereka. Jadi berasa putri keturunan keraton deh, kemana-mana ditemani dayang-dayang dan abdi dalam. #LaluGueDiludahinParaPemirsa

Anyway, apa saja sih yang menarik dari Desa Wisata Malangan ini?



Budidaya Ikan dengan Sistem Booster

Sejujurnya pas berada di antara kolam-kolam ikan dan mendengarkan penjelasan sang pemilik kolam, gue cuma diam. Diam ketidaktahuan. -_-

ternak ikan dengan sistem booster di desa malangan

Intinya, sistem booster ini dipercaya lebih efisien dan menguntungkan bagi para peternak ikan. Karena bisa menekan biaya pakan ikan dan meminimalisir resiko gagal panen akibat ikan yang sakit. Karena sistem pengairan yang baik dan dapat menyerap kotoran yang ada di dalam kolam lebih cepat.

budidaya ikan dengan sistem booster di desa malangan
Pak Yatno sedang menjelaskan mengenai sistem booster

Saat gue mengintip ke dalam kolam, ada semacam pipa berukuran sedang di tengah kolam. Itulah alat yang digunakan untuk menyaring kotoran dan mempermudah pengontrolan air di dalam kolam. Kolam-kolam yang ada di sini nggak terlalu besar, tapi ternyata ikan yang ada di dalamnya cukup banyak. Itu juga salah satu faktor yang mempermudah saat proses panen nanti.

[Baca juga: Tragedi di Desa Nglinggo]


Masuk ke Dapur Pembuatan Keris

Kami diajak ke rumah Empu Sungkowo, satu-satunya juru ahli dalam pembuatan keris di Desa Malangan. Kesohorannya dalam membuat keris bahkan sudah tersiar hingga luar negeri. Di ruangan yang mungkin bisa gue sebut sebagai ruang pamerannya, tertata rapi dan apik koleksi keris buatannya.

dapur keris empu sungkowo di desa malangan
tempat membuat keris di jogja
maestro pembuat keris di jogja

Keterampilannya dalam membuat keris, Ia dapatkan dari para leluhurnya secara turun temurun. Penggemar hasil karyanya pun sudah bukan kelas domestik lagi, tapi sudah merambah internasional.

Membuat keris juga nggak bisa sembarangan. Konon, dalam membuat sebuah keris itu harus disertai mood yang bagus. Kalau mood sedang nggak oke, hasilnya pun nggak akan maksimal. Malah bisa kacau berantakan.

Sayangnya, pada saat gue ke sana, Empu Sungkowo sedang 'libur'. Alhasil kami hanya bisa melihat koleksi keris-keris dan dapur pembuatan kerisnya.

[Baca juga: Mengejar Matahari di Embung Nglanggeran]


Gallery Batik H&S

Setelah dari rumah Empu Sungkowo, kami beranjak ke tempat selanjutnya dengan menggunakan sepeda onthel. Di perjalanan banyak sekali menemui pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Beberapa kali juga gue dan teman-teman sempat berhenti hanya untuk mengambil gambar.

berburu batik cantik di desa malangan

Nggak lama kemudian rombongan sepeda di depan berhenti di depan sebuah rumah. Kami langsung disambut tuan rumahnya. Di teras sudah ada mesin jahit, malam, dan tungkunya yang masih menyala. Rupanya di teras itulah sang pemilik rumah membuat batik-batik yang kemudian hasil karyanya dipajang di gallery yang ada di rumah itu. Ada banyak pilihan model pakaian dan corak batik yang sangat cantik.

berburu batik cantik di yogyakarta

Rata-rata batik yang telah dihasilkan di sini selanjutnya akan dibawa ke Pasar Beringharjo dan beberapa toko yang ada di pusat Kota Yogyakarta. Tentunya, kalau kita beli langsung di sini, pasti harganya jauh lebih murah daripada barang yang sudah masuk toko.

[Baca juga: Mampir ke Pengrajin Blangkon]


Sentra Kerajinan Bambu

sentra kerajinan bambu di yogyakarta

Beranjak dari gallery batik, kami beralih ke pusat kerajinan bambu yang sudah tersohor hingga ke luar negeri. Salah satu pelopor bisnis kerajinan bambu ini adalah Ahmad Sayidi, yang memulai usahanya dari nol. Awalnya beliau bekerja di salah satu pabrik kerajinan bambu milik Jepang. Namun saat peristiwa G30S/PKI mulai mencuat, pabrik ini tutup.

Kemudian Ahmad Sayidi menjadi volunteer dengan memberikan pelatihan kepada pengrajin kecil yang ada di desanya hingga ke Kecamatan Minggir, Sleman. Beliau mencoba mengubah paradigma para pengrajin bahwa dari bahan baku yang murah ternyata bisa menghasilkan hasil karya bernilai tinggi. Kegigihannya berbuah manis, karena usahanya tersebut dilirik oleh PT. Panca Niaga untuk mengekspor hasil kerajinannya ke New Zealand pada tahun 1974. Nggak sampai di situ saja, pada tahun 1986 akhirnya beliau dipanggil ke Istana Presiden untuk menerima penghargaan Upakarti.

sentra kerajinan bambu di yogyakarta
berburu kerajinan bambu murah di yogyakarta
kerajinan bambu di desa wisata malangan

Sejak saat itu mulai banyak berdatangan pelanggan mulai dari negara-negara di Asia, Amerika, hingga Eropa. Sejak tahun 2000, usahanya dilanjutkan oleh anak ketiganya, Suryadi. Di bawah kepemimpinan Suryadi, usahanya semakin berkembang. Beliau mengajak kerja sama para pengrajin yang tersebar di daerah Kulon Progo, Banyumas, Magelang, Kebumen, Gunung Kidul, sampai Magetan.
 
Total pengrajin yang sudah bekerja sama dengan Tunggak Semi, milik Suryadi ini, sudah mencapai 1,500 - 2,000 pengrajin. Sementara pegawai yang bekerja di Tunggak Semi ada 150 orang tercatat pada 2016. 95% dari hasil kerajinan yang dihasilkan oleh Tunggak Semi itu diekspor keluar negeri. Sisanya dipasarkan di dalam negeri, seperti Yogykarta, Jakarta, dan Bali.


tunggak semi di desa wisata malangan
Pak Suryadi sang penerus usaha Tunggak Semi

Uniknya, saat gue ke sana malah jarang sekali menjumpai deretan pohon bambu. Gue sempat heran dari mana bahan baku yang mereka peroleh untuk menghasilkan kerajinan bambu sebanyak itu. Menurut Suryadi, ternyata bahan baku diperoleh dari broker-broker di beberapa daerah yang tersebar di Pulau Jawa. Jadi memang ada distributor yang sudah biasa memasok bahan baku. Belum ditambah dari pesanan yang dilempar ke pengrajin-pengrajin di luar yang sudah bekerja sama dengan Tunggak Semi.

[Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Desa Wisata Kebon Agung]

Nggak heran sih kalau omsetnya sebulan bisa mencapai 300 - 400 juta, dengan spread keuntungan kira-kira 10% - 20%. Menurut Suryadi, dirinya nggak mau serakah dalam mencari keuntungan, yang terpenting adalah orderan selalu datang terus dan pelanggan nggak pindah ke produsen lain. 
 
Bicara mengenai pesaing, saat ini Vietnam adalah pesaing terkuat di kelas home industry dalam mengekspor kerajinan bambu. Sebab bahan baku di Vietnam masih mudah didapatkan dan ongkos pengrajinnya juga tergolong murah. Coba deh main ke Vietnam kapan-kapan biar tahu kayak apa murahnya di sana. #Lah #JadiCongkak

kerajinan bambu tunggak semi di desa wisata malangan
anyaman bambu murah di yogyakarta
anyaman bambu murah di yogyakartapabrik kerajinan bambu di desa wisata malangan yogyakartapabrik kerajinan bambu di desa wisata malangan yogyakarta

Pokoknya jangan lupa mampir ke Desa Wisata Malangan kalau mau berburu kerajinan anyaman bambu yang murah tapi berskala internasional, ya! Modelnya cantik-cantik dan selalu up to date, lumayan buat dekorasi rumah. #BukanIklan


[Baca juga: Keseruan Off Road di Desa Bejiharjo]


****************************


Gimana, gaes? Keren banget kan Desa Malangan. Setidaknya kita jadi tahu kalau di Jogja itu ada desa yang warganya kreatif banget kayak warga Desa Malangan ini, ye kan.

Biasanya pengunjung yang datang ke Desa Wisata Malangan ini adalah rombongan. Namun nggak menutup kemungkinan jika kalian hanya datang sendiri atau beberapa orang saja. Sebaiknya hubungi dulu contact person yang akan gue letakkan di bawah sebelum ke sana. Agar pihak pengurus Pokdarwis yang ada di Desa Wisata Malangan bisa berkoordinasi terlebih dahulu dan kalian pun bisa tahu berapa harga paket-paket wisata yang ada di sana.


Contact Person:
Wiji (0878 3972 8330), Andrian (0821 3722 3912) atau Janu (0857 4330 0969)
Facebook: Wisata Malangan
Instagram: desawisata_malangan
Email: wisata.malangan@gmail.com






FOLLOW ME HERE
  TWITTER || INSTAGRAM || GOOGLE
email: miss_nidy@yahoo.com

12 Comments

  1. Aku kalau di sini malah ingat Pak Wiji ahahahahhha
    Duh gusti, mesti pada kangen sama beliau.
    Tiap main ke arah godean dan sekitarnya, aku kerap lewat desa malangan. Tapi belum ada kesempatan untuk singgah kembali.

    ReplyDelete
  2. baru tahu kalau bikin keris mesti pakai mood dulu...

    ReplyDelete
  3. Asyik yaa bisa keliling desa wisata bareng teman-teman yang lainnya.
    Keliling desa wisata emang seru, apaalagi itu pada naik sepeda onthel :D

    ReplyDelete
  4. eh nindy selalu aja ketemu sama tempat-tempat yang unik ya hahaha harus di bookmark nih kalo mudik di Jogja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sok atuh mangga dibookmark, kalau sempat mampir ke sini mbak. Seru!

      Delete
  5. Main ke pedesaan gini pastinya asyik banget kalau pas lagi liburan, apalagi bisa lihat2 bikin keris juga ya. Jogja, emang banyak banget ya tempat wisatanya yang asyik untuk dikunjungi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, seru tuh kalau pas datang ke sana Empu Sungkowo lagi ngerjain pesanan kerisnya.

      Delete
  6. Entah mengapa setiap baca tulisanny mbak nindy, aku pasti ketawa, gaya bahasanya sungguh humoris 😂😂😂

    Aku juga pernah diem bengong pas pemuda²dr pokdarwis jelasin ttg Deswita Malang itu 😂😂 ga paham euy

    ReplyDelete
  7. Salut sama kreatifitas warga desa ini...
    Totalitas warganya kelihatan sadar wisata banget.

    ReplyDelete

Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!